Kehidupan adalah sebuah
realita menghadapi perhelatan dan permainan yang sangat serius, kita
sering takut menghadapi realita hidup yang serba sulit karena kurangnya
tawakkal atau sifat pengecut yang bertengger pada diri kita atau
kurangnya mengolah kelemahan menjadi sebuah kekuatan, maka tidak banyak
yang akan dicapai, kecuali keluhan berkepanjangan yang memboroskan
usia. Dan itu mungkin sedang dialami orang yang merasa tidak berguna
atau tidak berdaya menghadapi persaingan hidup di tempat dia bekerja.
Apalagi, bila kemudian dia sadar bahwa untuk menghasilkan kontribusi
yang baik, seorang Muslim tidak bisa lepas dari keharusan untuk bekerja
keras dan menanggung resiko
Perlu diketahui bahwa
kualitas seseorang sangat tergantung pada keberhasilannya, daya tariknya
untuk memberi manfaat orang lain, hasil pekerjaannya, dan martabatnya
di hadapan Allah dan hamba-Nya, maka seorang muslim ketika berusaha
hendaknya menjaga beberapa prinsip di bawah ini:
sumber : http://zainalabidinsyamsuddin.com/
Keberkahan Harta Ditangan Orang Shalih
Manfaat harta yang bersih dan
halal di tangan orang salih sangat banyak, ibarat pohon kurma yang tidak
menyisakan bagian sedikitpun melainkan seluruhnya bermanfaat untuk
manusia sehingga tidak ada alasan bagi seorang muslim yang ingin meraih
hidup bahagia di dunia dan akherat untuk bermalas-malas dan berpangku
tangan sebab Islam sangat membenci kebiasaan meminta-minta dan hidup
menjadi beban orang lain.
Dengan hidup berkecukupan
menuntut ilmu menjadi mudah, beribadah menjadi lancar, bersosialisasi
menjadi gampang, bergaul semakin indah, berdakwah semakin sukses,
berumah tangga semakin stabil dan beramal shalih semakin tangguh. Oleh
karena itu, harta di tangan seorang mukmin tidak akan berubah menjadi
sarana perusak kehidupan dan tatanan sosial serta penghancur kebahagian
keluarga dan pilar-pilar rumah tangga, sebaliknya harta ditangan seorang
muslim bisa berfungsi sebagai sarana penyeimbang dalam beribadah, dan
perekat hubungan dengan makhluk.
Rasulullah bersabda: Nikmat harta yang baik adalah yang dimiliki laki-laki yang salih.[1]
Bahkan harta tersebut akan
menjadi sebuah energi yang memancarkan masa depan cerah, dan sebuah
kekuatan yang mengandung berbagai macam keutamaan dan kemuliaan dunia
dan akherat, serta penggerak roda dakwah dan jihad di jalan Allah.
Allah berfirman: Orang-orang
yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi
dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Rabbnya. Tidak
ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(QS. 2:274)
Nabi juga memberi pujian
kepada seorang muslim yang dermawan dan membelanjakan hartanya di jalan
kebaikan. Dari Abdullah bin Umar Nabi bersabda:
Tangan yang di atas lebih baik
daripada tangan yang di bawah dan tangan yang di atas suka memberi dan
tangan yang di bawah suka meminta. [2]
Dengan harta yang halal dan
bersih para generasi salaf berlomba dan berpacu untuk mengejar pahala
dan meraih surga seperti yang terjadi pada kehidupan Umar yang bersaing
secara sehat dalam berinfak di jalan Allah dengan Abu Bakar.
Dari Umar bin Khaththab
berkata: Pernah suatu hari Rasulullah memerintahkan kepada kami agar
bersedekah dan ketika itu saya sedang memiliki harta yang sangat banyak:
maka saya berkata: Hari ini aku akan mampu mengungguli Abu Bakar lalu
aku membawa separoh hartaku untuk disedekahkan. Maka Rasulullah
bersabda: Apa yang kamu tinggalkan untuk keluargamu? Saya berkata: Aku
tinggalkan untuk keluargaku semisalnya. Lalu Abu Bakar datang membawa
semua kekayaannya maka beliau bersabda: Wahai Abu Bakar Apa yang kamu
tinggalkan untuk keluargamu, ia menjawab: Saya tinggalkan untuk mereka,
Allah dan Rasul-Nya. Maka aku berkata: Saya tidak akan bisa
mengunggulimu selamanya.[3]
Islam Mencela Pemalas dan Peminta-minta
Islam sangat mencela pemalas dan
membatasi ruang gerak peminta-minta serta mengunci rapat semua bentuk
ketergantungan hidup dengan orang lain, namun Al Qur’an sangat memuji
orang yang bersabar dan menahan diri dengan tidak meminta uluran tangan
orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidup karena tindakan tersebut akan
menimbulkan berbagai macam keburukan dan kemunduran dalam kehidupan.
Allah berfirman: (Berinfaklah)
kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah;
mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka
mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal
mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang
secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di
jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui. (QS. 2:273)
Imam Ibnul Jauzi berkata:
Tidaklah ada seseorang yang malas bekerja melainkan berada dalam dua
keburukan; pertama; menelantarkan keluarga dan meninggalkan kewajiban
dengan berkedok tawakkal sehingga hidupnya menjadi batu sandungan orang
lain dan keluarganya berada dalam kesusahan, kedua; demikian itu suatu
kehinaan yang tidak menimpa kecuali pada orang yang hina dan
gelandangan, sebab orang yang bermartabat tidak akan rela kehilangan
harga diri hanya karena kemalasan dengan dalih tawakkal yang sarat
dengan hiasan kebodohan, sebab boleh jadi seseorang tidak memiliki harta
tetapi masih tetap punya peluang dan kesempatan untuk berusaha.[4]
Bahkan Rusulallah memberi jaminan
surga bagi orang yang mampu memelihara diri untuk tidak meminta-minta.
Dari Tsauban berkata bahwasannya Rasulullah bersabda:
Barangsiapa yang bisa menjaminku
untuk tidak meminta-minta suatu kebutuhan apapun kepada seseorang maka
aku akan menjamin dengan surga. Aku berkata: Saya. Dia selama hidupnya
tidak pernah meminta-minta kepada seseorang suatu kebutuhan apapun. [5]
Seorang muslim harus berusaha
hidup berkecukupan, memerangi kemalasan, bersemangat dalam mencari
nafkah, berdedikasi dalam menutupi kebutuhan, dan rajin bekerja demi
memelihara masa depan anak agar mampu hidup mandiri dan tidak menjadi
beban orang lain, sebab pemalas yang menjadi beban orang dan pengemis
yang menjual harga diri merupakan manusia paling tercela dan sangat
dibenci Islam seperti yang telah ditegaskan dalam sebuah hadits dari
Abdullah Ibnu Umar bahwasannya Nabi bersabda:
Tidaklah sikap meminta-minta terdapat
pada diri seseorang di antara kalian kecuali ia bertemu dengan Allah
sementara di wajahnya tidak ada secuil dagingpun. [6]
[1] . H.R Ahmad dalam Musnadnya dengan sanad yang hasan, juz, 4 hadits no: 197 dan 202.
[2] . H.R. Bukhari (1429), Muslim, (1033), Abu Daud (4947), Ahmad dalam Musnadnya dan Nasa’I dan Ihnu Hibban.
[3] Riwayat Tirmidzi3675, hakim di mustarakah1/414 dia berkata shahih.
[4] . Talbisul Iblis, Ibnul Jauzi, Hal: 303.
[5] . H.R Abu Daud. Imam Nawawi berkata bahwa hadits ini diriwayatkan dengan sanad yang sahih.
[6] . H.R Bukhari, Muslim dan Nasa’i dalam sunannya.sumber : http://zainalabidinsyamsuddin.com/