KERAMAT PARA WALI SYAITHON
Al Ustadz Zaenal Abidin Syamsuddin. Lc
Karena
tidak tahu akan hakikat mukjizat dan keramat, banyak manusia yang tidak
dapat membedakan di antara keduanya dengan benar. Akibatnya mereka juga
tidak dapat membedakan mana mukjizat dan karomah yang benar-benar datang
dari Allah sebagai penyempurna risalah yang disampaikan-Nya kepada
manusia, pendukung (dakwah) rasul-rasul-Nya serta penghormatan kepada
sebagian wali-wali-Nya yang benar-benar shaleh, dan mana yang khurafat
dan kebohongan-kebohongan yang diada-adakan oleh para dajal dan mereka
klaim sebagai mukjizat dan karamat, dengan tujuan mempermainkan akal
manusia dan memakan harta mereka dengan cara yang bathil.
Orang-orang yang tidak
mengerti itu menyangka, bahwa mukjizat dan keramat itu adalah sesuatu
(kelebihan) yang dapat dicapai dengan usaha dan kemauan seseorang.
Karena ketidak mengertian dan kesalah pahaman inilah, mereka menyangka
bahwa wali-wali dan orang-orang shaleh dapat melakukan dan memamerkannya
kapan dan di mana saja mereka kehendaki. Keyakinan seperti ini
disebabkan oleh kejahilan manusia terhadap Tuhan dan hakikat agama yang
mereka anut.
Kepada mereka ini kita
katakan, bahwa semua kejadian (aneh) yang digambarkan oleh para dajal
dan pendusta itu sebagai mukjizat dan keramat bagi wali itu adalah
kebohongan belaka. Sebenarnya semua kejadian (aneh) itu adalah akibat
permainan syaitan atau ciptaan akal manusia yang mengandung makar
(tipudaya) dengan menciptakan ilustrasi (gambaran) peristiwa-peristiwa
ajaib, kemudian mengklaimnya sebagai mukjizat atau keramat. Tujuannya
adalah untuk mempromosikan bahwa sang penghuni makam ini memiliki
kehebatan dan kemuliakan serta mempunyai keberkahan, agar masyarakat
mengagungkannya.
Dengan demikian masyarakat
yang tidak mengerti apa-apa tertarik untuk berziarah dengan tujuan
mencari berkah meminta berbagai hajat dan keinginan yang tentunya dengan
membawa bermacam nadzar dan hadiah untuk mereka (para penghuni kuburan
itu). Ini tentu saja menjadi sumber penghidupan dan merupakan mata
pencarian bagi pengangguran dan pemalas, dengan cara mempermainkan
(keluguan dan kebodohan) masyarakat untuk memakan harta mereka dengan
cara bathil (tidak halal).
Setiap orang berakal yang
masih memiliki fitrah yang sehat, tidak mungkin dapat menerima, bahwa
orang mati yang ruhnya sudah berpisah dengan jasad, tidak bisa bergerak
dan tubuhnya dimakan ulat tanah tinggal tulang-belulang lapuk, sanggup
berbuat sesuatu. Tentu saja, tidak ada yang dapat menerima
kebodohan-kebodohan yang nyata ini, kecuali orang bodoh dan dungu!!
Karena klaim-klaim seperti itu mustahil dilakukan oleh orang yang masih
hidup, apalagi oleh orang yang sudah meninggal. Apakah kita rela
mengenyampingkan akal yang diberikan Allah demi membenarkan kebohongan
seperti ini. Sesungguhnya akal yang cemerlang dan fitrah yang sehat akan
menolak dengan keras kebohongan-kebohongan seperti ini, karena
bertentangan dengan sunnatullah kauniah (dalam penciptaan) dan syar’iyyah (syari’at)-Nya.
sumber : http://zainalabidinsyamsuddin.com