Senin, 02 November 2015

KERAMAT WALI SYAITHON


KERAMAT PARA WALI SYAITHON

Al Ustadz Zaenal Abidin Syamsuddin. Lc





 

         Karena tidak tahu akan hakikat mukjizat dan keramat, banyak manusia yang tidak dapat membedakan di antara keduanya dengan benar. Akibatnya mereka juga tidak dapat membedakan mana mukjizat dan karomah yang benar-benar datang dari Allah sebagai penyempurna risalah yang disampaikan-Nya kepada manusia, pendukung (dakwah) rasul-rasul-Nya serta penghormatan kepada sebagian wali-wali-Nya yang benar-benar shaleh, dan mana yang khurafat dan kebohongan-kebohongan yang diada-adakan oleh para dajal dan mereka klaim sebagai mukjizat dan karamat, dengan tujuan mempermainkan akal manusia dan memakan harta mereka dengan cara yang bathil.

          Orang-orang yang tidak mengerti itu menyangka, bahwa mukjizat dan keramat itu adalah sesuatu (kelebihan) yang dapat dicapai dengan usaha dan kemauan seseorang. Karena ketidak mengertian dan kesalah pahaman inilah, mereka menyangka bahwa wali-wali dan orang-orang shaleh dapat melakukan dan memamerkannya kapan dan di mana saja mereka kehendaki. Keyakinan seperti ini disebabkan oleh kejahilan manusia terhadap Tuhan dan hakikat agama yang mereka anut.

           Kepada mereka ini kita katakan, bahwa semua kejadian (aneh) yang digambarkan oleh para dajal dan pendusta itu sebagai mukjizat dan keramat bagi wali itu adalah kebohongan belaka. Sebenarnya semua kejadian (aneh) itu adalah akibat permainan syaitan atau ciptaan akal manusia yang mengandung makar (tipudaya) dengan menciptakan ilustrasi (gambaran) peristiwa-peristiwa ajaib, kemudian mengklaimnya sebagai mukjizat atau keramat. Tujuannya adalah untuk mempromosikan bahwa sang penghuni makam ini memiliki kehebatan dan kemuliakan serta mempunyai keberkahan, agar masyarakat mengagungkannya.

              Dengan demikian masyarakat yang tidak mengerti apa-apa tertarik untuk berziarah dengan tujuan mencari berkah meminta berbagai hajat dan keinginan yang tentunya dengan membawa bermacam nadzar dan hadiah untuk mereka (para penghuni kuburan itu). Ini tentu saja menjadi sumber penghidupan dan merupakan mata pencarian bagi pengangguran dan pemalas, dengan cara mempermainkan (keluguan dan kebodohan) masyarakat untuk memakan harta mereka dengan cara bathil (tidak halal).

               Setiap orang berakal yang masih memiliki fitrah yang sehat, tidak mungkin dapat menerima, bahwa orang mati yang ruhnya sudah berpisah dengan jasad, tidak bisa bergerak dan tubuhnya dimakan ulat tanah tinggal tulang-belulang lapuk, sanggup berbuat sesuatu. Tentu saja, tidak ada yang dapat menerima kebodohan-kebodohan yang nyata ini, kecuali orang bodoh dan dungu!! Karena klaim-klaim seperti itu mustahil dilakukan oleh orang yang masih hidup, apalagi oleh orang yang sudah meninggal. Apakah kita rela mengenyampingkan akal yang diberikan Allah demi membenarkan kebohongan seperti ini. Sesungguhnya akal yang cemerlang dan fitrah yang sehat akan menolak dengan keras kebohongan-kebohongan seperti ini, karena bertentangan dengan sunnatullah kauniah (dalam penciptaan) dan syar’iyyah (syari’at)-Nya.

sumber :  http://zainalabidinsyamsuddin.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar