Jumat, 13 Oktober 2017

Menuju Rumah Tangga Bahagia

 MENUJU RUMAH TANGGA BAHAGIA

Oleh :
Ustadz Zaenal Abidin bin Syamsudin, Lc hafidzahullah



Mau .....Sukses?

Kebahagiaan, merupakan kalimat abstrak yang perlu digali, diurai makna dan tafsirannya di alam realita. Kebahagiaan laksana mutiara yang terpendam di dasar laut, untuk menggapainya butuh kerja keras dan mencurahkan segala tenaga, pikiran, serta mengerahkan faktor-faktor pendukungnya sambil memohon bantuan dan tawakkal kepada Allah subhanahu wa ta'ala , sebagaimana Ali bin Abu Thalib radhiyallahu anhu  berkata, 

ترخو النخاة ولم تسلك مسالكها
إن االسفينة تجرى على اليبس

“ Engkau berharap kesuksesan sementara tidak berjalan pada tempatnya. Sesungguhnya perahu tidak mungkin berlayar di daratan. " [1]

Kebahagian rumah tangga sebagaimana yang telah disebutkan di atas bukan karena banyaknya harta dan tersedianya fasilitas mewah serta gaya hidup gelamor dan terpenuhinya kepuasan hubungan suami istri akan tetapi kebahagiaan sangat ditentukan oleh sikap tanggung jawab dan kepedulian kedua pasangan terhadap kelangsungan hidup rumah tangga mereka, adanya kemauan dan kemampuan untuk menyelesaikan berbagai macam problema rumah tangganya dengan tuntas, arif dan bijaksana, mampu menjalin kamunikasi yang harmanis dan terbuka, serta bisa memadukan pandangan kompromistis dan tuntutan yang realistis sesuai dengan rambu-rambu syariat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فوالله لاالفقرأخشى عليكم ، ولكن أخشى عليكم أن تبسط علبكم الدنيا كم بسطت على من كان قبلكم ، فتنا فسوها كما تنافسوها وتهاككم كما أهلكتهم

“Demi Allah aku tidak mengkhawatirkan kemelaratan atas kalian. Namun aku khawatir apabila dunia dilimpahkan kepada kalian, seperti yang terjadi pada umat sebelum kalian. Maka kalian akan berlomba untuk mendapatkannya, sebagaimana ine-mkalerlamba-lamba dalam hal itu. Dan dunia itu akan merusak kalian sebagaimana merusak mereka."[2]

            Dan tidak kalah penting, dalam menggapai kebahagiaan jangan mengusik ketenangan orang lain termasuk pasangan sendiri. Karena. seringkali, bahkan tidak sedikit orang berprinsip, "Yang penting saya puas.” Padahal kepuasan ada dua maucam; kepuasan yang mengacu pada hawa nafsu yang memn buka pintu keburukan dan kepuasan yang berpijak pada wahyu yang mengajak kepada kebaikan. Kerap kita saksikan, suami istri sangat bersemangat untuk meraih ketentraman dan kedamaian hidup, akan tetapi saat ada masalah yang mengganggu kebahagiaan dan ketenangan dirinya, tidak jarang langkah dan cara yang ditempuh menambah penderitaan orang lain terutama pasangannya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengingatkan pasangan suami istri dengan bersabda.

لا ضرب ولا ضرار من ضار ضره الله ومن شاق شق الله عليه

”Tidak boleh menimbulkan bahaya dengan tidak sengaja, dan tidak boleh membalas bahaya dengan sen gaja.[3] Siapa yang menimbulkan bahaya dengan sengaja, maka Allah akan menimpakan bahaya kepadanya dan siapa yang mencelakakan dengan sengaja, maka Allah akan menimpakan bencana atasnya. " [4]

Orang yang hanya mementingkan kenyamanan dan ketenangan dirinya tanpa memperdulikan orang lain dan merasa bahwa dirinya orang yang paling menderita, paling sengsara, yang terkurung dalam kabut duka sehingga yang dilakukan hanya mengeluh dan menyalahkan pasangannya atau orang lain. Dia lupa terhadap pesan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dalam sabdanya.

المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده

”Muslim adalah di mana kaum Muslimin selamat dari tangan dan lisannya. " [5]

Di antara anggota tubuh yang paling menentukan surga dan neraka seseorang adalah tangan dan mulut, karena keduanya selalu terlihat dalam setiap ibadah dan maksiat, bahkan dalam menentukan kebahagiaan dan kesengsaraan, maka jagalah keduanya agar anda meraih kesuksesan dunia dan akhirat.

Harus Mau Berubah

Wahai Saudaraku, ketahuilah, ada dua faktor penentu kebahagiaan hidup, pertama dari dalam diri sendiri dan kedua ditentukan oleh kondisi lingkungan sekitarnya. Namun faktor penentu adalah dari diri sendiri yaitu sejauh mana anda mampu mengendalikan suasana hati untuk beradaptasi di setiap perubahan. Inilah yang dimaksud dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

عجبا لأمر المؤمن إنّ أمره كلّه خير وليس ذاك لأحد إلّا للمؤمن إن أصابته ضرّاء صبر فكان خيرا له وإن أصابته سرّاء شكر فكان خيرا له

"Sungguh mengagumkan urusan setiap orang beriman karena seluruh urusannya baik dan tidak dimiliki kecuali oleh seorang Mukmin, bila tertimpa musibah bersabar maka baiklah buatnya dan bila mmdapatkan nikmat bersyukur maka baiklah buatnya."  [6]

Mustahil anda bisa bahagia dan terbebas dari rasa gundah dan gelisah, jika diri anda masih sulit menerima perubahan. Sementara kesuksesan dan nasib hidup anda sangat ditentukan oleh sikap, kemauan dan kemampuan anda untuk berubah dari kondisi yang buruk menuju ke yang lebih baik dan anda harus berkeyakinan kuat bahwa anda pasti bisa merubahnya, Allah Ta’ala  berfirman,

إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ

"Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, hingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Ar-Ra'du: 11).

Sungguh, merubah kebiasaan buruk bukan pekerjaan berat, anda hanya membutuhkan waktu tidak kurang dari 40 hari, caranya pikirkan, petakan, diskusikan, kerjakan, biasakan dan budayakan. Dengan diiring tindakan yang sportif, Insya Allah Ta’ala anda akan selalu di atas kebaikan selagi anda tetap berpikir baik dan berusaha untuk menjadi orang baik. Tidaklah terpuji orang yang bisa menghadiahkan kebaikan kepada orang lain, tetapi melupakan dirinya sendiri dan orang terdekatnya. Sementara orang yang paling berhak mendapatkan hadiah tersebut setelah dirinya adalah keluarganya. Jika tidak, maka dia laksana pohon labu yang tumbuh di tanah, namun berbuah di pohon lain. Demi Allah Ta’ala, itu merupakan aib besar.

كتاركة بيضها في العراء
وملبّسة بيض أخرى جناحا

“laksana burung meninggalkan tclur di padang pasir, namun mengerami telur burung lain. "

Janganlah kalian ikuti keinginan nafsu dan dorongan syahwat, dengan mengorbankan kebahagiaan abadi, Imam Ibnul Jauzi Sale berkata, Hendaknya orang yang berakal mengerti bahwa para pecandu syahwat akan mendapati suatu kondisi di mana dia tidak bisa menikmati kelezatannya akan tetapi sulit untuk meninggalkannya, karena telah menjadi rutinitas hidup.. Para pecandu khamr dan pezina akan kehilangan kelezatan sepuluh kali lipat bagi orang yang tidak kecanduan. Hanya saja, kebiasaan telah membelenggunya untuk meneruskannya. Oleh sebab itu anda jangan terjerumus dalam keharacuran dan petaka hanya karena kebiasaan yang sulit dihindarkan. [7]

Jangan Bingung

Bingung! Kemana harus melangkah untuk mencari kebahagiaan? Harta melimpah, rumah mewah bagaikan istana, kekuasaan dan popularitas ada di genggamannya, tetapi keba. hagiaan tidak pernah menyapanya, kegelisahan menimpa hidupnya,dan kegersangan menerpa hatinya. Namun ada sebagian urang menikmati kebahagiaan, ketenangan dan kenyamanan tanpa harta melimpah, tinggal di rumah sederhana, tidak memiliki kepopularitasan dan kekuasaan. Lalu di manakah sebenarnya letak kebahagiaan itu berada? 

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman.

مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ

" Barangsiapa yang mengerjakan amal salih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (An-Nahl: 97).

Kebahagiaan tidak akan dirasakan sebelum mampu mencintai kemuliaan, memetik pelajaran dari musibah orang lain, mencintai apa yang dikerjakan bukan mengerjakan apa yang dicintainya. Orang yang paling bahagia adalah mereka yang mampu mengambil pelajaran terhadap masa lalunya dan menjadi cambuk masa depannya, bersikap realistis menjalani kehidupan sekarang dan optimisme menghadapi masa yang akan datang, barangsiapa yang meratapi kegagalan masa lalunya hidupnya akan dirundung kesedihan. Orang yang tidak mampu berbuat yang terbaik untuk hari ini akan tersingkir dan terhempas dari arena kehidupan dan Orang yang takut menghadapi masa yang akan datang akan dipenuhi kebimbangan dan ketakutan.

Sang Penyair berkata,

خير الأمر ما اسنقبلت منه
و ليس بأن تتبّعه اتّباعا

Sebaik-baik urusan adalah suatu yang sedang kamu menghadapinya Bukan hanya nwngilcuti lamunan masalalu (yang tidak ada manfaatnya)

Ali bin Abu Thalib radhiAllahu ‘anhu berkata, "Sungguh dunia semakin habis berlalu dan akhirat semakin mendekat, sedangkan keduanya masing-masing mempunyai anak turunan. Dan jadi-lah kalian anak turunan akhirat dan jangan menjadi anak turunan dunia, karena sekarang kesempatan beramal tanpa ada hisab dan besok hanya ada hisab sementara tidak ada kesempatan beramal."[8]

Tidak pernah dianggap baik dalam sikap berlebihan dan tidak dianggap berlebihan dalam setiap kebaikan.

Cara Mudah Meraih Bahagia

Manusia yang bisa menggapai kebahagiaan adalah mereka yang mampu mengenali jati dirinya, menjaga lisannya, bersikap qana’ah dalam menerima karunia Allah Ta’ala, pola pikirnya bersih dari syubhat, tingkah lakunya terbebas dari belenggu syahwat, mata batinnya tidak silau dengan fatamorgana dunia, nafsunya tidak diperbudak oleh kepentingan sesaat dan jiwanya tidak dikuasai dendam dan amarah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda. 

إن من خياركم أحسنكم أخلاقا

“ Sesungguhnya orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling bagus akhlaknya. ”[9]
 
Mata air kebahagiaan hanya mengalir dari keimanan yang sempurna, kesungguhan menjalankan ketaatan, ketegasan meninggalkan larangan, cinta terhadap kebenaran dan benci kepada kebatilan, membasahi hati dan lisan dengan dzikir, menumbuhkan rasa cinta, harap dan takut disetiap saat dalam rangka mengejar surga dan ampunan-Nya, Allah Ta’ala berfirman, 

وَأَمَّا الَّذِينَ سُعِدُواْ فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ إِلاَّ مَا شَاء رَبُّكَ عَطَاء غَيْرَ مَجْذُوذٍ

"Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam syurga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya. " (Hud: 108).

Usirlah rasa pesimis dari diri kalian, kemudian optimislah dalam menjalani hidup, niscaya lentera rahmat, cakrawala hidup, dan limpahan barokah terbuka lebar di hadapan kalian. Dan orang yang jauh dari Allah Ta’ala berada dalam kegelisahan, kegundahan dan kesedihan. Sungguh indah ungkapan yang disampaikan oleh Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah ketika beliau berkata, "Sesungguhnya ada surga dunia, siapa yang belum memasukinya, tidak akan masuk surga akhirat. Apa yang bisa diperbuat oleh musuh-musuhku jika tamanku dan kebunku ada di dalam dadaku, sungguh penjara tempat mu-n najatku, terbunuhku mati syahid, diasingkanku sebagai ben-tuk tamasyaku.” [10] Jika kalian ingin mengusir rasa gelisah, maka kuasailah diri kalian, perbaikilah pola pikir, luruskan niat kalian, beramallah untuk kepentingan akhirat, dekatkanlah diri kalian kepada Allah, ingatlah Allah subhanahu wa ta’ala saat lapang niscaya Dia mengingat kalian saat sempit, mohonlah pertolongan dan bertakwalah kepada-Nya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  Bersabda,

المؤمن القوى خير وأحب إلى الله من المؤمن الضعيف . وفي كل خير . احرص على ما ينفعك واستعن بالله . ولا تعجز . وإن أصابك شيء فلا تقل : لو أني فعلت كان كذا وكذا . ولكن قل : قدرالله وما شاء فعل . فإن لو تفتح عمل الشيطان

“ Sesungguhnya seorang Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang Mukmin yang lemah dan ma-sing-masing di atas kebaikan. Berusahalah meraih suatu yang bermanfaat buat dirimu, mintalah bantuan kepada Allah dan jangan melemah. Dan bila kamu tertimpa suatu musibah, maka jangan berkata, "Andaikata aku berbuat ini, maka akan terjadi demikian. " Tetapi katakan, " Semuanya atas takdir Allah dan apa yang dikehendaki pasti terjadi. " Karena mengandaikan sesuatu membuka tipu daya syetan."[11]

Jangan anda panggul sendiri semua beban hidup di atas kepalamu, “tempuhlah segala upaya secara maksimal lalu serahkan hasilnya kepada-Nya, janganlah kesedihan esok hari yang belum terjadi menjadi beban pikiran anda, dan hadapilah semua masalah dengan penuh optimis. Apakah anda mengira bahwa Allah menghinakan anda? Demi Allah subhanahu wa ta’ala, tidak mungkin. Karena Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

اللَّهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ

"Allah Mahalembut terhadap hamba-hambanya." (Asy-Syura: 19).

Sesungguhnya Allah di? sangat menyayangi hamba-Nya yang bersabar dan bertakwa sebagaimana yang Dia tegaskan dalam Firman-Nya,

إِنَّهُ مَن يَتَّقِ وَيِصْبِرْ فَإِنَّ اللّهَ لاَ يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ

"Sesungguhnya barangsiapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. " (Yusuf: 90).

Allah Ta’ala tidak akan memberikan ketetapan untukmu kecuali kebaikan, meskipun nampak buruk secara dhahirdipandanganmu, kamu akan memahami hakikat Firman Allah Ta’ala,

وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak meengetahui.” (Al-Baqarah : 216).

Jadi, jiwa seseorang merupakan titik awal sumber kebahagiaan. Jika seseorang bisa menguasai jiwanya, mengendalikan suasana batinnya dan mampu mengarahkannya untuk meniti jalan hidayah, niscaya dia mampu melahirkan maha karya dalam hidupnya, mampu menguasai dan menyikapi segala kondisinya dan dia akan terbang di alam kebahagiaan dan sanggup menerjang setiap badai permasalahan yang meng-hadangnya, sehingga dia akan mendapatkan ketenangan batin yang selama ini dia cari - insya Allah-.

Realistis, Jangan Sok ldealis

Saudaraku, suatu yang bagus menjadi tidak bagus bila yang diinginkan lebih bagus. Adakah salah seorang di antara kalian pernah berbisik kepada dirinya sendiri, "Aku lebih bahagia saat aku masih membujang daripada keadaanku sekarang!

Kebanyakan para suami maupun istri, ketika memulai kehidupan berumah tangga, mereka semua mengharapkan kehidupan yang ideal, romantis dan harmonis bak kisah roman picisan Romeo dan Juliet. Sang suami menginginkan istrinya selalu tampil cantik, ceria setiap saat, menyambutnya dengan hangat setiap kali suaminya datang, tampil dan bertingkah laku sesuai keinginannya, rumah tertata bersih dan rapi, makanan senantiasa tersaji di meja makan, anak-anak tenang, apabila sakit atau tertimpa musibah dia menginginkan istrinya seperti ibunya yang merawat dan melayaninya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Bukan suatu hal yang berlebihan memang bila dikatakan kebanyakan suami mengharapkan istri mereka bisa seperti ibunya dalam memberikan perhatian, pelayanan, dan bersabar atas segala perbuatan yang dia lakukan. Memang benar, di antara kriteria wanita shalihah adalah sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

أفضله لسان ذاكر وقلب شاكر وزوجة صالحة تعين ااؤمن على إيمانه .

”Harta yang paling baik adalah lisan yang selalu berzikir, hati yang selalu bersyukur, dan istri shalihah yang membantu seutasng Mukmin atas keimanannya. "[12]
 
Sementara seorang istri -sebaik apapun- tidak akan bisa tampil seperti ibu yang sayang kepada anaknya. Anda ingin tahu apa yang menjadi penyebabnya? Istri bukanlah seorang ibu, seorang ibu ketika memberikan curahan perhatian, dia berikan tanpa imbalan, murni karena dorongan fitrah kasih sayang sebagai seorang ibu. Adapun seorang istri, mereka menginginkan apa yang dinginkan oleh suaminya. Saat seorang istri memberikan perhatian kepada suaminya, pada hakikatnya dia mengungkapkan sebuah permintaan dari suami dan mengharapkan balasan sepadan darinya. 

Wahai para suami yang menginginkan istrinya "seperti yang dia idamkan", sadarilah bahwa anda tidak akan pernah mendapatkan istri seperti itu, karena istri anda pun menuntut hal yang sama seperti yang anda inginkan, dan anda pun tidak mampu mewujudkan impian istri anda. Oleh sebab itu hendaklah para suami bisa menerima istrinya apa adanya, seorang istri memiliki hak-hak yang harus dipenuhi sebagaimana kewajiban yang harus dia lakukan, istri memiliki kelebihan yang kalian kagumi dan memiliki kekurangan yang kalian benci. Sehingga sikap terbaik bagi semua pihak adalah memandang secara realistis, mengajukan tuntutan sederhana dan menimbang dengan bijak kekurangan dan kelebihan pasangannya sebagaiman anjuran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menasihati para suami melalui sabdanya,

لا يفرك مؤمن مؤمنة إن كره منها خلقا رضي منها خلقا أخر .

”Janganlah seorang (suami) Mukmin membenci (istrinya) Muka minah, jika dia membenci salah satu perangai istrinya, pasti dia suka terhadap perangai yang lain. ”[13]

Di lain pihak, para istri mengharapkan suaminya "seperti yang dia idamkan.“ Suami Ideal yang memiliki sifat mulia seabagaimana sifat yang dimiliki bapaknya, dan bila mendapatkan kekurangan yang ada pada diri suaminya dia akan mengatakan bahwa dia telah salah memilih suami.
Wahai para suami dan begitu pula wahai para istri terimalah pasangan anda yang sekarang ada di hadapan anda, tunaikan hak dan kewajiban anda untuk mencari keridhaan Allah Ta’ala, berfikirlah realistis jangan sok idealis, dan masing-masing saling memahami dan mencintai niscaya kebahagiaan akan kalian peroleh. Jadilah suami yang saleh niscaya akan mendapatkan istri shalihah yang merupakan harta paling berharga yang kalian miliki.

 Harus Saling Pengertian

Pernikahan adalah sebuah ikatan yang sangat kuat dan merupakan bentuk kerja sama yang sangat unik, karena masing-masing harus bisa menerima dan memberi, menyayangi, mencintai dan menghargai, menopang dan melindungi, serta membela dan berkorban. Bila pernikahan hanya bertujuan untuk menutupi kekurangan yang ada pada dirinya, sudah dipastikan bahwa dia tidak akan mendapatkannya, bahkan terkadang dia akan merasa jenuh dan resah menjalani kehidupan berumah tangga. Misalnya, seseorang yang menikah ingin keluar dari jeratan hutang, atau berharap hidup serba ada dari jerih payah istri, atau ingin menunjukkan kejantanan, karena mungkin ketika sebelum menikah, dia kurang percaya diri, sehingga dia menonjolkan gaya kepemimpinan otoriter kepada istrinya yang lemah dan patut dikasihani. Maka, tidak mengherankan jika dia menjadi suami mudah marah dan emosi hanya karena masalah sepele, dia ingin memegang segala wewenang rumah tangga meskipun hanya dalam urusan sepele  sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إن المرأة خلقت من ضلع لن تستقيم لك على طريقة فإنْ استمتعت بها استمتعت بها وبها عوج وإنْ ذهبت تقيمها كسرتها و كس ها طلاقها .

"Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk yang tidak akan bisa lurus bersamamu di atas satu jalan, jika kamu menikmatinya, maka kamu menikmatinya dalam kondisi bengkok namun bila anda ingin meluruskannya, maka boleh jadi patah dan patahnya adalah thalak."[14]

Pernikahan adalah terhimpunnya dua pasang manusia laki-laki dan perempuan yang ada kecocokan, dan telah matang dalam berpikir, bukan pasangan cengeng yang bersifat kekanak-kanakan, pernikahan sebuah aktivitas untuk mem-bina keluarga dan sebuah tanggung jawab yang tidak ringan, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

كلّكم راع وكلّكم مسئول عن رعيّته والأمير راع  والرّجل راع على أهل بيته والمرأة راعية على بيت زوجها وولده فكلّكم راع و كلّكم مسئول عن رعيّته .

“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya dan imam adalan pemimpin, dan orang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya, dan wanita adalah penanggung jawab atas rumah suami dan anaknya. Dan setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya."[15]

Betapa banyak pernikahan berakhir dengan kegagalan karena suami istri kurang dewasa dalam menghadapi problem rumah tangga, sang suami otoriter sementara sang istri bersifat kekanak-kanakan dan cenderung mengikuti hawa nafsu bahkan tidak jarang wanita mudah melupakan kebaikan-kebaikan suami ketika suami melakukan suatu kesalahan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan para istri dalam sabdanya,

رأيت النار فلم أركاليوم منظرا قطّ  ورأيت أكثر أهلها الانّساء ، قالوا : لم يا رسول الله ؟ قال : بكفرهنّ ، قيل : يكفرن بالله؟ ، قال : يكفرن العشير ويكفرن الإحسان لو أحسنت إلى إحداهنّ الدّهر ثمّ راّت منك شيئا قالت : ما رأيت منك خيرا قطّ .

" Saya melihat Neraka yang tidak pernah aku lihat seperti hari ini, dan saya melihat penghuni terbanyak dari kalangan wanita. " Mereka bertanya, "Kenapa wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, "Karena pengingkaran mereka. " Beliau ditanya, "Apakah karena ingkar kepada Allah?" Beliau bersabda, "Mereka membangkang dan mengingkari kebaikan suami. Jika engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka sepanjang tahun, lalu ia melihat darimu sesuatu (yang tidak disukai), maka ia berkata, “ Saya belum pernah melihat darimu kebaikan sama sekali. "[16]

Sungguh merupakan nikmat Allah Ta’ala paling agung yang dikaruniakan kepada hamba-Nya pada saat hidayah telah menyapa rumahnya. Sehingga rumah tangganya menjadi berkah, anak-anaknya terdidik di atas aqidah dan akhlak yang mulia, yang kelak meraih kemuliaan surga yang penuh dengan kenikmatan biidzinillah. Semua pihak yang terlibat dalam mendayung perahu sampan rumahtangga yang mendambakan kebahagiaan harus membina diri di atas hidayah Islam. Karena dengan langkah itu, harapan untuk membentuk rumah tangga sakinah, mawaddah, wa rahmah tercapai, insya Allah.

[disalin dari buku One Heart “ rumah tangga satu hati satu langkah”, penulis Ustadz Zaenal Abidin Syamsuddin, Lc. Penerbit Pustaka Imam Bonjol Cetakan Ketiga, Muharram 1436H./ November 2014M. Halaman 1-16]

Footnote :
[1]. Lihat Tafsir Rahul Ma’ani, al-Alusy, 4/395.
[2]. Shahih: Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, no. 2988 dan Muslim, no. 2961.
[3]. Hasan: Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muwatha nya, no. 33, 2/651; Imam Daruquthni dalam Sunannya, no. 3079; Imam Baihaqi dalam Sunannya, 6/69; Imam Ahmad dalam Mustadraknya, no.2345 dan beliau mengatakan bahwa sanad hadis ini shahih sesuai dengan persyaratan Imam Muslim.
[4]. Diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam Sunannya. 6/69.
[5]. Shahih: Diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahihnya, no. 41.
[6]. Shahih: Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shaihnya. No. 2999.
[7]. Lihat Kitab Dzamul Hawa, Ibnu Jauzi, hal. 19.
[8]. Dikeluarkan Imam Bukhari dalam Kitab Riqaq, Bab Fil Amal Wa Thulihi dan lihat Fath al-Bari, 11/265.
[9]. Shahih: Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahihnya, no. 3559; Imam Muslim dalam Shahihnya, no. 5987, dan Imam at-Tirmidzi dalam Sunannya, no. 1975.
[10]. Manhaj Ibnu Taimiyah Fit Dakwah, 2/39.
[11]. Shahih: Diriwayatkan Oleh Imam Muslim dalam Shahihnya, no. 2664 dan Imam Ibnu Majah dalam Sunannya, no.79.
[12]. Shahih: Diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dalam Sunnanya, no. 3094 dan Ibnu Majah dalam Sunnnya, no. 1856 dan dishahihkan oleh Imam al-Albani.
[13]. Shahih: Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya, no. 8345; Imam Muslim dalam Shahihnya, no. 1469; Imam al-Baihaqi dalam Sunannya, 7/295 dan Imam Abu Ya’la dalam Musnadnya, no. 6387-6388.
[14]. Shahih: Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya, no. 3631.
[15]. Shahih: Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya, no. 5869; Imam Bukhari dalam Shahihnya, no. 844, 2232, 4801; Imam Muslim dalam Shaihnya, no. 1829; Imam Abu Dawud dalam Sunannya, no. 2928; Imam at-Tirmidzi dalam Sunannya, no. 1702; Imam Baihaqi dalam Sunannya, 7/291; Imam Ibnu Hibban dalam Sunannya, n0. 4472 dan Imam Abu Ya’la dalam Musnadnya, no. 5805.
[15]. Shahih: Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahihnya, no. 1052 dan Imam Muslim dalam Shaihnya, no.907.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar