AGAR JALINAN KASIH SEMAKIN KOKOH
Oleh. Al Ustadz Zaenal Abidin Syamsuddin .Lc
Kehidupan rumah
tangga tak sepi dari permasalahan dan ketegangan namun ada yang mampu
menuntaskan sehingga berubah menjadi bumbu dan garam kehidupan tetapi
sebagian ada yang gagal melewatinya hingga permasalahan yang menimpa
rumah tangga menjadi racun kehidupan yang akhirnya rumah tangga hancur
berantakan.
Pertama: Cemburu Buta
Cemburu buta
berbeda dengan cemburu nyata, cemburu buta bisa memicu pertikaian bahkan
perceraian sehingga masing-masing pasangan tidak boleh menuruti
dorongan hawa nafsu dan bisikan syetan. Cemburu buta biasanya dipicu
oleh beberapa sebab sebagai berikut:
- Tumbuhnya keraguan terhadap pasangan.
- Munculnya kecintaan secara berlebihan dari masing-masing pasangan sehingga tumbuh ketakutan dan keinginan secara berlebihan untuk menguasai dan memiliki pasangan.
- Kurang adanya terus terang dari masing-masing pasangan untuk mengungkapkan keinginan atau kecondongan.
Solusinya,
membangun kepercayaan di antara pasangan dengan cara membentuk
kamunikasi sehat dan ilmiyah yang jauh dari emosi dan perasaan sabyektif
dan memcoba menyelesaikan segala permasalahan dengan kepala dingin dan
kamunikasi yang hangat.
Menjauhi segala
bentuk yang menimbulkan kecurigaan dari mulai campur baur antara
laki-laki dan perempuan di pasar-pasar, tempat kerja, tempat hiburan,
pertokoan dan tempat-tempat umum lainnnya. Dan hendaknya wanita tidak
pergi jarak qashar kecuali harus ditemani mahramnya.
Kedua: Dusta
Dusta merupakan
virus paling berbahaya dan penghancur kepercayaan paling utama dalam
kehidupan rumah tangga. Sehingga tumbuh ketidakpercayaan dan keraguan
terhadap pasangan. Biasanya kedustaan berawal dalam masalah sepele dan
diremehkan sehingga dalam besarpun biasanya berdusta. Sementara dusta
banyak pemicunya yang antara lain:
- Ketakutan akan tertimpa atau menghadapi suatu bahaya dari pasangan
- Teledor dalam menunaikan kewajiban dan tugas rumah tangga
- Lari dari tanggung jawab.
Solusinya,
masing-masing pasangan harus berlatih untuk gampang memaafkan dan
mentolelir kekurangan dan kesalahan ringan dari pasangan.
Masing-masing pihak baik suami maupun isteri bersikap tanggung jawab atas
Jalinan cinta kasih
suami istri kadang mengalami pasang surut bahkan tidak bisa lagi
dikendalikan. Hal-hal yang bisa menguatkan hubungan suami isteri DI
antaranya adalah harapan-harapan. Istri kadangkala berharap adanya
cerita panjang di antara mereka setiap kali suaminya pulang kerja, dan
suami seringkali berharap isterinya dapat menjadi pengobat lelah dan
mampu merawatnya tatkala mengalami sakit.
Kadangkala di
antara mereka ada yang berharap agar pasangannya sama seperti dirinya
dalam segala sesuatu, atau berharap agar ia menyukai apa yang disukai
dirinya. Hal tersebut agar mereka memiliki perasaan dan pemikiran yang
satu. Jika harapan ini tidak kunjung terwujud, maka akan muncullah
berbagai permasalahan dan kesulitan.
Wacana yang
mempengaruhi kita ditambah ikut campurnya media informasi dalam
membentuk harapan dan pikiran kita, sering menjadikan harapan tersebut
sangat jauh dari realita hidup kita. Jika ini terjadi, maka orang yang
mengalaminya akan hilang harapan dan frustasi. Apalagi jika dihadapkan
kembali pada harapan dan impian yang selama ini di ceritakan oleh media
informasi.
Perubahan
harapan dan cara pandang seperti ini harus di pelajari oleh kedua
pasangan suami isteri. Hendaklah cara pandang dan cara meletakkan
harapan senantiasa berlandaskan hikmah agama, ilmu pengetahuan dan
kemampuan untuk beradaptasi. Sehingga mereka selalu siap menghadapi
apapun yang terjadi tatkala telah tiba waktunya.
Kemampuan dalam
menghadapi perbedaan dan mengetahui cara menerima perbedaan, akan
membantu mewujudkan kestabilan jalinan kasih antara suami isteri dengan
penuh rasa aman, sebagai-mana yang diharapkan. Mereka tidak akan lagi
khawatir atau takut berlebihan masa depan hubungan mereka terancam
tatkala perbedaan itu muncul.
Kebersamaan hidup
suami isteri dapat terjalin penuh rasa aman dengan cara saling
menghormati perbedaan di antara mereka. Di mana suami belajar bagaimana
meringankan penderitaan dan kegelisahan isterinya, dan menghormati
kebutuhan perempuan untuk berbicara tentang apa yang ia rasakan. Hal itu
perlu karena sikap suami yang seolah-olah meremehkan dan tidak adanya
dukungan, sebagaimana ia juga memiliki hak untuk menyendiri dan
mengurangi bicaranya, agar ia merasa tenang. Sehingga dengan demikian,
isteri merasa didukung atau di support walaupun suaminya tidak
me-ngatakan apa-apa. Suami juga bisa belajar, bahwa tatkala ia nampak
seolah-olah ingin menyerang isterinya, mengoreksinya, atau menghinanya,
maka keadaan itu hanya berlalu sesaat. Dan secepat-nya wanita akan
merasa tenang dan menjadi lebih menghargai dan menerima suaminya. Lelaki
juga harus tahu, bahwa wanita juga ingin didengar tatkala menyampaikan
permasalahanya. Sikap suami yang mau mendengarkan keluhan isteri akan
bisa membantunya keluar dari sikap diamnya dan dari keterasingannya.
Sebagaimana
halnya, hendaknya wanita juga belajar meng-hargai kebutuhan lelaki agar
bisa tenang dalam beradaptasi dengan masalah yang ia hadapi. Ia juga
harus belajar memahami, bahwa menyendirinya suami bukan tanda kurangnya
cinta kepadanya. Akan tetapi hal itu disebabkan oleh kesulitan-kesulitan
dalam hidupnya. Sehingga dengan demikian, isteri akan dapat lebih
menerima perilaku suaminya, dan tidak lagi gelisah tatkala suaminya
mulai menampakkan kesibukan atau ketidak pedulian dengan apa yang ada di
sekitarnya. Istri juga akan tahu, bagaimana harus menahan diri untuk
tak berbicara tatkala ia mengamati bahwa suaminya belum sanggup untuk
mendengarkan apa yang ia katakan. Dan ia akan menunggunya hingga suami
siap untuk mendengarnya.
sumber ; http://zainalabidinsyamsuddin.com/
sumber ; http://zainalabidinsyamsuddin.com/