Jumat, 06 November 2015

DILEMA DAKWAH DAN UMAT ISLAM


 QUO VADIS DAKWAH DAN UMAT ISLAM

Oleh: Ustadz Zainal Abidin bin Syamsuddin.Lc

               Segala puji hanya milik Allah yang telah membagi rizki kepada seluruh hamba-Nya secara merata dan adil. Dan semoga salam dan shalawat tetap terlimpah kepada makhluk paling  sempurna akalnya, paling suci jiwanya dan paling utama penciptaannya, dan kepada keluarga, shahabat serta para pengikut sunnahnya dengan baik hingga hari akhir.
               Semoga shalawat dan salam tetap tercurah kepada Muhammad sebagai utusan Allah dan manusia sempurna ruhani dan akalnya, tinggi kedudukannya dan mulia budi pekerti dan akhlaknya sehingga ucapan dan tindakan beliau menjadi panutan dan suri tauladan.
               Pemikiran umat sudah banyak terkontaminasi oleh pemikiran rusak dan ajaran sesat, dari berbagai bentuk aliran pemikiran dan gerakan penyesatan serta usaha pemurtadan seperti sekulerisme, nasionalisme, sosialisme, loberalisme, kapitalisme, kamunisme, fatalisme dan islam liberal yang terkadang lahir dengan kemasan dan format baru untuk mengecoh dan menipu orang awam.
               Di dalam melancarkan misinya mereka tidak segan-segan memperalat simbul Islam yang diungkapkan dengan bahasa yang menarik dan dikemas dengan atribut intelektual tapi mengandung virus dan racun ganas yang mematikan. Diantara mereka ada yang melontarkan gagasan busuk untuk menolak islam dengan paradikma baru yang bertujuan untuk menipu, mengelabui dan menyesatkan, mereka memelintir makna ayat-ayat dan hadist Rasul sesuka hatinya dan umat dibikin bingung dengan pernyataan-pernyataan mereka yang nyleneh.
               Dipicu oleh ulah kaum oportunis yang serba aneh dan nyleneh dalam berfikir dan beragama, umat islam sering tampil kedodoran dan potensinya berantakan sehingga menjadi umat yang kurang percaya dari, bimbang, pengecut dan termarginal serta tidak punya kesadaran dan tanggung jawab terhadap agama.
               Dan berikut ini potret realistis umat:
               Rohani Hampa, Aqidah Keropos dan Moral Rusak
               Islam sebagai agama tauhid dan menjunjung tinggi akhlakul karimah, seharunya membuat umat Islam sebagai pelopor kemajuan dan pembawa obor perdamaian namun realita yang kita hadapi umat Islam hidupnya bergelimang dengan dosa syirik, bid’ah dan maksiat serta sebuah kehidupan selalu dirundung konflik dan pertikaian. Pepatah mengatakan bahwa bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Tidak ada cara lain untuk menyelamatkan seluruh aset umat dan memberdayakan potensi sumber daya umat kecuali dengan mengaplikasikan makna persaudaraan `dan solidaritas secara benar dan sejati kemudian diwujudkan dalam interaksi sosial dan perilaku kehidupan, sebagimana sabda nabi: Orang mukmin bagi orang mukmin lainya seperti bangunan, satu sama lain saling menguatkan “ Dan Rasulullah menjalinkan jari-jemarinya.(Muttafaqun’alaih)
               Padahal misi utama risalah Islam adalah untuk mensucikan jiwa dan membersihkan hati dari berbagai macam kotoran sebagaimana firman Allah:” Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. 91:9-10)
               Banyak diantara umat Islam yang melecehkan dan mempermainkan ajaran Islam, mereka memasang kaligrafi ayat-ayat Al Qur’an tapi hukumnya diinjak-injak dan diselewengkan, mereka memperdagangkan Al Qur’an dengan harga murah, mereka gunakan Al Qur’an tidak pada tempatnya misalnya: Al Qur’an dibacakan untuk orang mati sementara orang hidup yang mepelajari Al Qur’an sering dipermasalahkan, mereka memakai simbul-simbul Islam namun juga tidak segan-segan mereka mepecundangi kepentingan islam, mereka begitu bersemangat dengan ajaran bid’ah sementara orang yang menjalankan sunnah mereka tuduh dengan tuduh-tuduhan keji yang tidak berperi kemanusiaan seperti Mereka menjadikan syareat sebagai tontonan dan permainan sementara tontonan dijadikan sebagai syareat baik dalam hidup berumah tangga maupun dalam bersosialisai dengan tetangga bahkan dalam mengatur  Negara sebagaimana firman Allah:(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau dan kehidupan dunia telah menipu mereka. (Al. A’raaf 51)
               Umat lain memainkan peran hidup atas nama agamanya, kita malah poby terhadap islam dan kecanduan dengan teori Plato, Kalmark dan Aristoteles. Kita campakkan Al Qur’an dan sunnah nabi sementara kitab protokolat, taurat injil dan primbon kejawen kita bela mati-matian.
               Sumber Daya Manusia Yang Lemah
               Kita harus mengakui realita pahit bahwa potensi dan sumber daya umat baik manusia maupun alam banyak mubadzir akibat perilaku pasif dan malas dari umat islam sendiri, mereka tidak bisa maju karena mereka hanya pandai meniru, sehingga barang yang paling murah bagi Umat Islam adalah waktu dan suatu yang terberat adalah usaha untuk maju serta suatu yang paling tidak berharga adalah manusia.
               Mereka lupa atau berpura-pura lupa bahwa sang kholik mensyareatkan agama-Nya bukan hanya sebagai petunjuk bagi umat manusia dalam perkara akherat saja. Akan tetapi Allah juga mengarahkan agar mereka sukses dan bahagia di dunia dan akherat seperti doa yang sering dipanjatkan Rasulullah: Wahai Tuhan kami karuniakanlah kepada kami kebaikan di dunia dan di akherat dan jagalah kami dari siksa api Neraka. (Al Baqarah 201).
               Intelektualitas Yang Masih Rendah
               Ini terjadi akibat dari perilaku senang menirukan dari pada membikin, senang menghapal tapi tidak mencoba berfikir, senang mengonsumsi dari pada memproduksi. Dari sisi ilmu dan pendidikan kita sering membeo ke pakar-pakar barat sehingga kita seakan transliter yang hanya pandai memindah makna secara harfiah. Adapun pendidikkan lebih memilukan lagi, bukankah ayat yang pertama turun berbunyi iqra kenapa masih banyak umat islam yang buta huruf. Bahkan kita sering terbalik dalam urusan agama sering kreatif membikin ajaran dan teori baru, tapi dalam urusan dunia kita jumud dan taqlid serta bodoh,
               Inilah sunnah (ketetapan) Allah yang kita diperintahkan untuk berinteraksi dengannya, maka kita harus  berusaha untuk merubah kondisi dan nasib sendiri dengan tetap berjalan di atas manhaj yang lurus sambil memohon keteguhan dari Allah. Maka kita mengharapkan pertolongan setelah berusaha, berjihad, bersabar, tabah, dan mengerahkan berbagai kekuatan. Ini semua tidak akan tercipta kecuali dengan manhaj salaf, karena ia sebagai penyelamat dari fitnah, jalan keluar dari kesulitan, dan pijakan utama dalam merealisasikan cita-cita umat yang ingin menegakkan sistim kekhilafahan dan kekuatan di bumi untuk menegakkan syariat Allah, melaksanakan hukumnya diantara hambaNya, dan mewujudkan ubudiyah (ibadah) hanya kepada Rabb semesta alam walaupun musuh-musuh Allah ingin memadamkan cahaya kemenangan tersebut.
               Etos Kerja Yang Melorot dan Tidak Berkwalitas
               Sulit untuk dibantah bahwa mayoritas Negara Islam masih masuk dalam katagori Negara berkembang artinya sumberdaya manusia masih rendah dan etos kerja kurang berkwalitas, kita terbiasa pandai berbicara tapi sering kurang cakap beramal, sering pintar berteori tapi orang lain yang dituntut merealisasikan dan kita sering membuat gagasan tetapi sering kandas di atas kertas serta kita sering mengeluarkan berbagai macam aturan namun sangat jauh dari alam realita dan selalu sepi dari penerapan.
               Berusaha dengan sungguh-sungguh sangat dianjurkan oleh nabi oleh sebab itu beliau bersabda: Bekerjalah terhadap sesuatu yanga bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah, dan jangan lemah. Jika sesuatu terjadi pada kamu, maka jangan katakan, seandainya aku melakukan hal ini dan itu, pazti beginii, namun katakana ,Allah telah menetapkan  dan apa yang telah Dia kehendaki maka Dia kerjakan, karena kata seandainya itu adalah peluang syaithan.  (HR. Muslim)
.              Berdasarkan hadits tersebut maka seorang muslim tidak akan malas, pengecut dan pelit. Ia meyakini bahwa ia tidak akan mendapatkan sesuatu kalau tidak berbuat, karena di alam semesta ini berlaku hukum sebab akibat dan ia tidak akan malas karena Allah menyuruh kita untuk selalu berlomba-lomba dalam kebaikan sebagaimana firman Allah: “Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba (Al Muttaffiffin: 26)
               Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda:
لأن يحتطب أحدكم حزمة علي ظهره خير له من أن يسأل أحدا فيعطيه أو يمنعه.
Seandainya ada seseorang di antara kalian mencari seonggok kayu bakar lalu dipanggul (ke pasar untuk dijual) lebih baik daripada meminta kepada seseorang maka terkadang diberi dan terkadang tidak[1]
               Potensi Ekonomi Umat Yang Masih Rendah
               Negara Islam rata-rata memiliki kekayaan dan potensi alam yang melimpah dari mulai hulu hingga hilir, tapi kenapa kondisi umat masih jauh dibawah garis kemiskinan, bahkan kita hanya pandai mengkonsumsi prodak luar negeri sehingga Negara Islam terkesan hanya menjadi tempat pembuangan barang bekas dan limbah produksi, atau paling banter kita bisa menyewa tenaga ahli dari luar negeri dan kita cukup ikhlas menjadi penonton.
               Kenapa Negara kita yang kaya akan hasil bumi, barang tambang dan hutan yang sangat lebat bisa terjadi kelaparan, kemiskinan dan  tunawisma serta pengangguran berkeliaran dimana-mana. Jawabannya tidak lain, karena sikap malas dan kurang professional dalam berusaha, suatu contoh di Indonesia penggemukan sapi butuh waktu 7 hingga 9 bulan sementara di Australia hanya butuh 4 bulan atau kasus di Syiria, di sana satu kilometer persegi lahan pertanian hanya bisa menghasilkan 70 ton gandum, sementara luas lahan yang sama di Denmark mencapai hingga 300 ton.
               Padahal Islam sangat mencela pemalas dan membatasi ruang gerak peminta-minta serta mengunci rapat semua bentuk ketergantungan hidup dengan orang lain, sehingga Islam tidak membiarkan seorang muslim kebingungan dalam berusaha mencari nafkah, bahkan telah memberikan solusi tuntas dan mengajarkan etika mulia agar mereka mencapai kesuksesan dalam mengais rizki dan membukakan pintu kemakmuran dan keberkahan
               Kwantitas Yang Kurang Berkwalitas
               Jumlah mayoritas umat laksana sampah seperti yang disebutkan dalam hadits dari Tsauban berkata bahwa Rasulullah bersabda:
يوشك أن تداعي عليكم كما تداعي الأكلة إلي قصعتها فقال قائل: أو من قلة نحن يومئذ؟ قال بل أنتم يومئذ كثير ولكنكم غثاء كغثاء السيل ولينزعن الله من صدورعدوكم المهابة منكم وليقذفن الله في قلوبكم الوهن. قالوا يا رسول الله وما الوهن؟ قال حب الدنيا وكراهية الموت
“Hampir-hampir umat lain bersatu memperebutkan kalian seperti orang berebut hidangan dari piring. Mereka bertanya: “Wahai Rasulullah apakah lantaran  jumlah kita sedikit? Nabi menjawab: “Bahkan kalian ketika itu banyak, tetapi keadaan kamu laksana buih seperti buih banjir, dan Allah akan menarik dari hati musuh kalian perasaan takut kepada kalian, lalu Allah akan menimpakan kepada kalian penyakit Wahn. Mereka bertanya: Wahai Rasulullah apakah wahn itu. Beliau menjawab:  Cinta dunia dan benci mati. (H.R Ahmad dan Abu Daud)
               Memang sangat disayangkan, umat lain sedang giat-giatnya menggalang berbagai manufer kekuatan dan kesepakatan bersama, sementara kita lebih asyik tenggelam dalam kesesatan dan kebi’dahan sehingga muncul berbagai macam pertikaian dan perpecahan. Maka umat ini menjadi lemah, miskin, bodoh, tidak berdaya dan terpuruk dalam seluruh bidang kehidupan, maka seluruh bahasa kemunduran, terbelakang dan kerdil sumberdaya selalu pantas disandang Umat Islam.
               Masa Depan Dakwah dan Umat Islam
               Rapuhnya kwalitas da’wah yang dilakukan para dai, tingginya tensi problema da’wah dan derasnya hambatan yang merintangi proses da’wah serta lemahnya sarana da’wah yang dimiliki instrument dan lembaga da’wah. Membuat da’wah kurang kompetetif dengan konspirasi kekuatan batil dan memberi dampak negatif sebagai berikut:
               1. Gagal memperjuangankan aspirasi umat dan da’wah pada level nasional dan internasional sehingga untuk memulihkan butuh waktu yang sangat panjang.
                2. Menyebar virus ganas berupa syirik, bid’ah dan khurafat yang menghancurkan karakter, prinsip idiologi dan kepribadian umat sehingga membuat tubuh umat lumpuh dan proses da’wah jalan tertatih dan beberapa aktifis ambil cuti dakwah bahkan ada yang mempercepat pensiunnya.
               3. Perjuangan menjadi lumpuh, tidak mampu bersaing dengan kekuaan lain dan tidak mampu membendung arus perlawana, ibarat tubuh dalam bahasa medis sudah tidak memiliki kekebalan sehingga mudah terserang penyakit.
               4. Kekuatan umat terpolarisasi menjadi kekuatan yang selalu berbenturan antara pola pikir dan prinsip, masing-masing mengaku paling benar dan menjadi poros penebus dosa.
               5. Sistim tarbiyah dan pendidikan yang rapuh dan labil dengan berorientasi pada pembenaran materi dan verbalistik yang sepi dari pembinaan mental dan dan pelurusan moral.
               6. Rendahnya nilai kesadaran beragama bahkan sebagian umat menganggap tahu bahwa seseorang berkiprah dengan baik dan bersemangat dalam mensyiarkan agama dan sebagian mereka sangat anti pati terhadap segala yang berbau agama, dan sebagian yang lain hanya memilih islam ritual dan simbolistik.
               Siapa Yang Bertanggung Jawab
               Tidak mngkin suatu masalah yang begitu ruwet dan sungguh berat hanya menjadi beban segelintir aktivis islam, akan tetapi tugas berat ini menjadi tanggungjawab umat islam secara kolektif dari mulai ulama, aktifis dakwah, lembaga atau organisasi islam, LSM islam, sendikiawan muslim dan seluruh kantong kekuatan islam.
               Allah berfirman: Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. 9:71)
Rasulullah bersabda:
 كلكم راع وكلكم مسئوول عن رعيته والأمير راع
 والرجل راع علي أهل بيته والمرأة راعية علي بيت زوجها وولده فكلكم راع وكلكم مسئوول عن رعيته.
Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya dan imam adalan pemimpin, dan orang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya, dan wanita adalah penanggung jawab atas rumah suami dan anaknya. Dan setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. (H.R Bukhari).
               Kemenangan Pasti Ditangan Islam
               Para pakar barat banyak berbicara tentang faktor-faktor yang menghancurkan kota mereka akan tetapi tiap orang dari mereka mendudukkan masalah hanya dari sudut pandangnya dalam khayalannya terbentuk gambar-gambar dan ciri-ciri dari jalan keluar yang mereka merangkak menuju kepadanya. Sementara orang yang paling baik dari mereka mengakui Islam akan datang tidak ada tempat berlari darinya dan ia akan tersebar luas tanpa ada keraguan seperti yang dikatakan oleh George Benard :”Aku telah menerima kabar bahwa agama Muhammad akan diterima di Eropa nantinya, dan sekarang ia telah mulai diterima.”
               Demikianlah persaksian para pakar dan politisi barat bahwa masa depan nantinya akan ditangan Islam, tetapi walaupun demikian mereka tetap saja tidak mau berjalan menuju Islam tetapi malah memeranginya untuk memadamkan cahaya Allah meskipun mereka tahu bahwa Islam itu yang benar.
               Allah berfirman:”Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepadanya, mereka mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Orang-orang yang merugikan diriny, mereka itu tidak beriman(kepada Allah).(al An’aam:20)
               Syaikh Salim Al Hilaly berkata: Sepantasnya Muhammad Shalallahu’alaihi Wa Sallam disebut sebagai penyelamat manusia dan orang yang mengikutinya jika memegang tampuk kepemimpinan dunia baru niscaya akan berhasil dalam mengatasi berbagai masalah dan akan menciptakan keselamatan dan kebahagiaan dimuka bumi ini.
               Jadi jelaslah bahwa masa depan ada ditangan agama ini tetapi apa ciri-ciri manhaj yang akan membawa umat Islam kepada masa depan yang cerah, kemajuan yng nyata dan kemenangan yang pasti atas musuh-musuh Allah dengan ijinNya.
               Telah jelas bagi kita, melalui beberapa ayat rabbaniyah dan Sunnah Nabawiyah serta penjelasan dari generasi salaf bahwa manhaj salafi lebih patut dan lebih utama untuk diambil (dijadikan sebagai pijakan), karena ia merupakan manhaj orang-orang mukmin yang mewarisi agama ini dari penghulu para rasul dalam keadaan segar berseri, dan mereka menyampaikannya dengan bersih dan murni. Dan  jika umat ini mau menjadikan manhaj tersebut sebagai pijakan dengan sebenar-benarnya dan penuh rasa yakin, niscaya akan sadar dari kelalaian mereka, akan bangkit dari penderitaan, akan terhindar dari kekeliruan, dan seakan-akan ia baru bangkit dan lepas dari tali yang telah membelenggu mereka.
               Ingatlah, sesungguhnya janji Allah akan terlaksana, dan ingatlah bahwa syarat yang diajukan Allah sudah dimaklumi. Barang siapa menghendaki janji yang mulia maka hendaknya ia memenuhi syaratnya, dan barang siapa memenuhi (syarat) maka ia akan dipenuhi (permintaannya), tetapi jika sebalikanya maka tidak akan terpenuhi keinginan dan hajatnya. Dan siapakah yang lebih tepat janjinya selain Allah??? Akan tetapi anda sekalian selalu terburu-buru….

[1] . Muttafaqun Alaih.
http://zainalabidinsyamsuddin.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar