Senin, 20 Februari 2017

Jadilah Dokter, Bukan Hakim!

Nasihat " Jadilah Dokter, Bukan Hakim !

Kesehatan adalah mahkota di atas kepala orang-orang yang sehat, hanya orang sakit saja yang dapat melihat mahkota tersebut. Sering kita merasakan betapa besarnya nikmat sehat di kala sakit.

Seorang muslim saat sakit, ia sabar mengharapkan rahmat Allah berupa penghapusan dosa, bertambahnya pahala dan ketinggian derajat di sisiNya. Ia berdoa kepada Allah memohon kesembuhan. Ia berikhtiar berobat dengan jalan yang diperbolehkan syariat. Ia berobat dengan doa, sedekah, ruqiyah, minum air zam-zam dan berobat ke dokter.

Ia tidak berobat ke dukun. Ia tidak berobat ke paranormal atau “orang pintar”. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang artinya, “Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun lalu ia membenarkannya dengan apa yang ia katakan maka ia telah kufur dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad” (Hadits Shahih riwayat Ahmad dan Hakim).

Sesungguhnya ada penyakit yang lebih berbahaya dari penyakit fisik. Yaitu penyakit hati berupa kesyirikan, beribadah tanpa mengikuti tuntunan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, sombong, iri dengki, tamak terhadap harta, riya dan maksiat lainnya yang sering tidak disadari apalagi diobati.

Penyakit-penyakit hati bahayanya tidak saja membinasakan penderitanya di dunia tapi juga di akhirat akan mendapatkan siksa yang pedih. Semoga Allah mengaruniakan kepada kita “Qalbun Salim”. Kewajiban setiap muslim untuk mengobati penyakit hati. Mengobatinya dengan berdoa, membaca, memahami dan mengamalkan Al Quran, mengikuti tuntunan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, berdakwah, amar makruf nahi mungkar dan saling menasehati dengan penuh kasih sayang.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah (Wafat 751 H) berkata dalam kitab “Ar Ruuh“,
“Nasehat, merupakan perbuatan baik kepada orang yang Anda nasehati dalam bentuk kasih sayang, rasa kasihan, cinta dan cemburu. Nasehat itu semata-mata perbuatan baik didasari kasih sayang, kelembutan dan dimaksudkan hanya mencari ridha Allah. Nasehat merupakan kebaikan kepada makhlukNya. Ia bersikap lemah-lembut semaksimal mungkin dalam menjalankan nasehat tersebut dan sabar dalam menerima gangguan atau celaan dari orang-orang yang dinasehatinya. Ia bersikap seperti seorang dokter yang ahli. Ia penuh rasa kasih sayang kepada pasiennya yang menderita sakit komplikasi dan dalam keadaan setengah sadar. Ia sabar menghadapi kekurangajaran pasiennya dan tindak-tanduknya yang tidak tahu aturan. Dokter tersebut tetap bersikap lemah-lembut dan merayunya dengan berbagai cara dalam usahanya untuk meminumkan obat kepadanya. Begitulah sikap seorang pemberi nasehat”.

Jadilah dokter hati, bukan hakim! Kalau kita hobi memvonis orang lain maka kita tidak sedang mengobati. Malah mungkin memperparah penyakit, membinasakan diri dan orang lain. Bukan berarti kita tidak boleh memvonis. Memvonis kadang diperlukan dengan syarat ikhlas, dengan data yang akurat, tidak kadaluwarsa dan memperhatikan maslahat atau madharat. Setiap ucapan dan tulisan kita akan dipertanggungjawabkan kelak di hari akhirat.

Keterbatasan kita banyak sekali. kurang ilmu, lemah iman, sedikit ibadah dan rapuh akhlak. Kita harus memperbaiki diri dan mendidik keluarga. Kita akan ditanya di akhirat kelak atas amanat ini.

Saudara-saudara kita yang mukhlis dan sedang membangun kejayaan Islam, jika mereka salah apakah kita cukup memvonis saja? Pernahkah kita berdoa di tempat dan waktu yang mustajab untuk perbaikan diri kita dan mereka? Sejauh mana upaya kita untuk menyelamatkan diri kita dan mereka dari belitan iblis dan kungkungan hawa nafsu yang membutakan?

Apakah cara kita sudah tepat dan bijak dalam amar ma’ruf nahi mungkar? Kita berusaha seoptimal mungkin menjadikan orang lain menyadari dan memperbaiki kesalahannya bukan malah lari dari kebenaran dan antipati terhadap pendukung kebenaran. Semoga Allah memberikan taufik dan memberkahi waktu, ilmu dan dakwah kita.

Semoga Allah meluruskan niat kita, menjaga lisan kita dan memudahkan kita untuk banyak beramal shalih sebagai bekal kita pulang ke kampung akhirat.

Jadilah dokter hati guna memperbaiki diri, keluarga dan masyarakat!

Mahasuci Engkau ya Allah dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Ilah yang patut disembah kecuali Engkau, aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.

(Dari buku “MEREKA MENANTI KITA” Oleh: Fariq Gasim Anuz, Penerbit: Daun Publishing, cet ke 3 Januari 2015)
sumber :  http://www.fariqanuz.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar