Selasa, 29 Agustus 2017

Kenapa Harus Mengingat Mati

" Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan Hari Kiamat ( yaitu ) kedatangan kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila kiamat sudah datang ?? " (Muhammad: 18 )


MENJEMPUT KEMATIAN

Oleh: Ustadz Zaenal Abidin bin Syamsuddin. Lc

Kenapa Harus Mengingat Mati 

Kematian, inilah yang kita selalu lari darinya. Ini juga yang sering kali kita lupakan, dan hanya orang berimanlah yang selalu teringat dengannya.

Banyak sekali keutamaan yang bias dipetik seorang hamba dari mengingat kematian, diantaranya membersihkan hati yang telah khusut, tumbuhnya kesadaran untuk kembali keakhirat, menghidupkan rohani yang sudah berkarat, menggugah semangat ibadah yang sedang melemah, menumbuhkan keimanan dan ketaatan yang telah mengendur, menguatkan tekad dalam berbuat dan membentuk pribadi tangguh dan qona’ah. 

Sementara yang terlena dalam kenikmatan dunia akan silau dengan gemerlapnya harta, dan menjadi budak syahwat sehingga hatinya lalai untuk mengingat kematian. Ketika kematian diingatkan, dia sangat membencinya dan ingin lari darinya, bahkan tidak ingin berpisah dengan dunia dan ingin hidup seribu tahun lagi.  
   
وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ النَّاسِ عَلَى حَيَاةٍ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُواْ يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ أَن يُعَمَّرَ وَاللّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ

“Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” ( Al-Baqarah: 96 ) 

Abdullah bin Mutharrif berkata, “ Sesungguhnya kematian menjadikan para pecinta kenikmatan dunia tidak selera lagi untuk menikmati seluruh kenikmatan, maka carilah kenikmatan yang tidak trersentuh kenikmatan. “ [1]

Dari Abu Hurairah beliau berkata bahwa Rasulallah Shalallahu’alaihi wa sallam bersabda, 

أكسروا من ذكر هادم اللذات الموت

“ Perbanyaklah kalian mengingat penghancur kelezatan, yaitu kematian “ [2]

Abu Ali ad-Daqqaq berkata, “ Sipa yang memperbanyak mengingat kematian maka akan mendapatkan tiga kemuliaan: bersegeralah untuk bertaubat, hatinya qana’ah dan semangat beribadah.” [3]
 
Dari Ibnu Umar Radhiyallahuanhuma  bahwasanya beliau bersabda, 

كنت مع رسول الله صلى الله على وشلم فجاءه رجل من الأنصار فسلم على النبي صلى الله عليه وسلم ثم قال يا رسول الله أي المؤمنين أفضل ؟ قال : أحسنهم خلقا قال : فأي المؤمنين أكيس ؟ قال : أكثرهم للموت ذكرا وأحسنتم لم بعده استعدادا أولءك الأكياس.

“ Kami duduk-duduk bersama Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, datanglah seorang laki-laki dari kaum Anshar, lalu memgucapkan salam kepada Nabi Shalallahu’alaihi wa sallam kemudian ia berkata, ‘Wahai Rasulallah, orang mukmin manakah yang lebih utama? ‘Belia bersabda, ‘mereka yang paling baik akhlaknya.’ Dia berkata, ‘ Orang islam manakah yang peling cerdik? ‘ Beliau bersabda,’ Mereka yang paling banyak memgingat kematian dan orang yang paling baik persiapannya untuk kehidupan setelahnya, mereka itulah orang yang cerdik.”[4]

Sahal bin Abdullah at-Tustari berkata, “Tidak ada orang yang paling nekad mati kecuali tiga orang: orang yang bodoh tentang kehidupan setelah kematian, oaring yang ingin melarikan diri dari takdir Allah atas dirinya, dan orang ya.g rindu ingin bertemu dengan Allah.”[5]

Abdullah bin Mas’ud berkata,”Cukuplah kematian menjadi pengingat, cukuplah keyakinan sebagai kecukupan, dan cukuplah ibadah menjadi kesibukan.”[6]

Abu Darda berkata, “ Siapa banyak memgingat kematian akan sedikit sikap hasadnya dan akan sedikit sikap melampoi batasnya.”[7]

Mengingat kematian memiliki keutamaam yang sangat banyak, karna mengingat kematian mengajak seorang hamba berlatih meninggalkan hunian penuh penipuan dan bersiap-siap untuk menuju kampung akhirat. Lalai mengingat kematian membuat manusia terlena dalam kumbangan syahwat dunia.[8]

[disalin dari buku Rintangan Setelah Kematian, penulis Ustadz Zaenal Abidin Syamsuddin, Lc. Penerbit Pustaka Imam Bonjol Cetakan Kedua, Rajab 1436H./ April 2015M. Alamat : Jalan Raya Munjul Gg. Mushala Fathul Ulum no.11 Munjul Cipayung Jakrta Timur 13850 Tel/Fax: (021)87753478 Layanan SMS: 08111816600]

Footnote :
[1] Maudzatul Mukminin, Muhammad Jamaluddin al-Qasimi, hal.480.
[2]shahih: Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dalam sunan-nya, no. 2307; Imam Nasa’i dalam sunnannya, no.1824; Imam Ibnu Majah dalam sunnannya, no.3358; Imam al-Baghawi dalam syarhus Sunnahnya, no.1447 dan disahihkan Syaikh al-Albani dalam shahih al-jami’,no.1210 dan Irwaul Ghalil,no.682.
[3] Lihat adz-Tadzkirah, Imam al-Qurthubi, hal.15
[4]Hasan: Diriwayatkan  Ibnu Majah dalam Su.nannya,no. 4259 dan dishahih kan Syaikh al-Albani dalam shahih al-jami’, no.7978.
[5]Lihat adz-Tadzkirah, Imam al-Qurthubi, hal.9 danSyarhus Sudur, as-Suyuthi, hal.16.
[6]Lihat Syarhu Sunnah, Imam ak-Baghawi, 5/261
[7] Lihat Kitab Zuhud, Imam Ahmad, no. 772.
[8] Lihay Ihya’ Ulumuddin, 4/412

Tidak ada komentar:

Posting Komentar