Selasa, 15 Agustus 2017

One Heart Rumah Tangga Satu Hati Satu Langkah

" Meraju Asa Meraih Mimpi di Bawah Bimbingan Syari'ah "



Oleh :
Ustadz Zaenal Abidin Syamsuddin, Lc. 

SEKAPUR SIRIH

Rumah tangga bahagia adalah angan-angan,  impin dan harapan semua insan. Angan-angan kadang menjadi impian, impian menjadi harapan, impian dan harapan bias menjadi kenyataan namun tidak jarang impian dan harapan hannya menjadi angan-angan yang melelahkan. Seluruh tenaga telah dikerahkan, seluruh teori telah dipelajari dan seluruh persyaratan telah dipenuhi untuk mewujudkan rumah tangga yang bahagia , ada yang berhasil akan tetapi tidak sedikit yang tidak mampu menghadapi badai rumah tangga yang datang silih berganti, bahkan tidak jarang badai yang nenghantam berhasil meluluh lantahkan mahlighai rumah tangga yang telah dibinanya, memporak-porandakan ikatan cinta yang telah dijalinnya dan menggoncangkan jiwa yang sedang dimadu kasih.
      
     
            Kebahagiaan hidup bukan karena banyak nya harta dan tersedianya fasilitas mewah, gaya hidup gelamor pun tidak bias dijadikan ukuran, banyak dari mereka yang terpenuhi fasilitas hidup dengan kemewahan, kantong tidak pernah kering dari duit dan jaminan materi tidak diragukan, tetapi batin mereka banyak yang tersiksa, ketenangan hidup terusik dan jiwa mereka terancam, maka benar sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam :

إن لكل أمة فتنة وإن فتنة أمتي المال

Sesungguhnya setiap umat ada fitnah  (yang merusaknya ) dan fitnah umat ku dari harta “ [1]



            Oleh sebab itu banyak diantara meraka yang lari dari kenyataan menghadapi problemantika hidup dengan menenggak minuman keras, menelan obat terlarang dan menghabiskan waktunya di café-café, alasan meraka untuk mencari ketenangan hidup. Apakah dengan cara seperti itu ketenangan hidup dan kebahagiaan akan tercapa ? Tidak. Justru kegelisahan hidup yang akan mereka peroleh karena ketenangan jiwa dan kebahagiaan hidup hanya bias diperoleh bila hati penuh dengan hidayah dan ketaatan pada pemilik jiwa yaitu Allah Subahanahu wata’ala , Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُوْلُ : يَا ابْنَ آدَمَ! تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِيْ، أَمْلأْ صَدْ رَكَ غِنًى، وَأَسُدَّ فَقْرَكَ، وَإِنْ لاَ تَفْعَلْ مَلأْتُ يَدَكَ شُغْلاً، وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكْ

“Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai anak Adam!, beribadahlah sepenuhnya kepadaKu, niscaya Aku penuhi (hatimu yang ada) di dalam dada dengan kekayaan dan Aku penuhi kebutuhanmu. Jika tidak kalian lakukan niscaya Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan dan tidak Aku penuhi kebutuhanmu (kepada manusia) “ [2]

            Seluruh manusia dari berbagai macam profesi, asal-usul dan latar belakang semuannya berharap hidupnya jauh dari kegelisahan dan kemalangan. Tidak ada jalan paling baik untuk melenyapkan kegelisahan dan mendatangkan kebahagiaan kecuali dengan mengkonsentrasikin diri kepada Allah, beramal dengan ikhlas karena Allah dan beribadah sesuai dengan syariat, menghadapi masalah dengan lapang dada, menyelesaikan problem hidup dengan tenang hati dan bersifat qona’ah terhadap nasib rezeki yang telah ditetapkan Allah Subhanahu wata’ala atas hamba- Nya, Itulah maksud hadist Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam :

ليس الغنى عن كسرة العرض , ولكن الغنى غنى النفس

“ Bukanlah kaya itu dengan banayaknya harta, tetapi kaya adalah kaya hati.”[3]

            Umar bin Khotob Radhiyallohu ‘anhu berkata : “ Wahai manusia, sesungguhnya sebagian sifat rakus merupakan bagian dari kemiskinan, didak berharap dari manusia merupakan suatu kecukupan. Dan sungguh kalian mengumpulkan harat yang tidak kalian makan, kalian berangan-angan dengan sesuatu yang tidak mungkin kalian gapai. Ketahuilah, bahwa sebagian dari kikir adalah cabang dari kemunafikan, maka berinfaklah, karan demikian itu lebih baik buat dirimu.” [4]

            Bila para suami maupun istri membekali dirinya dengan sifat diatas dalam mengarungi bahtera rumah tangganya, sebesar apapun tantangan dan masalah yang dihadapi dan seberat apapun ujian dan cobaan yang dialami, maka kebahagiaan hidup dan ketenangan batin tetap menyapanya.

[disalin dari buku One Heart “ rumah tangga satu hati satu langkah”, penulis Ustadz Zaenal Abidin Syamsuddin, Lc. Penerbit Pustaka Imam Bonjol Cetakan Ketiga, Muharram 1436H./ November 2014M. ]

Footnote :
[1] Shahih : disahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih al-jami’, no.2148
[2] Shahih : diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dalam sunannya, no.2584, Imam Ibnu Majah dalam sunannya, no.4107 dan Imam Hakim dalam mustadraknya, no.3657 dan disepakati oleh adz-Dzahabi, sementara Syaikh al-Albani berkata tentang hadist ini, memang setatusnya seperti yang dikatakan keduanya. Lihat as-Silsilah as-Shahihah, no.1359,3/347.
[3] Shahih : dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya, no.1051, Imam at-Tirmdzi dalam sunannya, no.2373 dan Imam Ibnu Majah dalam sunannya, no.4137.
[4] Lihat tafsir Ruhlah Ma’ani, al-Alusi, 3/65-66. Dan lihat Tafsir ad-Duru al-Mantsur, Imam as-Syuyuthi, 1/262.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar